Teori Arkeologi

kSebelum lebih jauh dalam melakukan penjelasan tentang bagaimana terjadinya perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat luas, terlebih dahulu saya memaparkan definisi kebudayaan.
            Budaya adalah daya tarik budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia tersebut. Sementara Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
            Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan. Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal “sangkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan), dan ke mana manusia sesudah mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena kesimpulan manusia pun bermacam-macam pula. Sementara rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian.
            Proses perubahan budaya ini juga disebabkan oleh alkuturasi. Alkuturasi adalah suatu proses dimana suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
            Apabila proses itu dapat berjalan dengan baik, dapat menghasilkan integrasi dari unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri dari masyarakat penerima.
            Baru-baru ini teknologi modern mulai memperkenalkan kepada manusia tentang e-Paper, yaitu produk sebuah program yang menjadikan koran bisa tampil di internet secara utuh. Pembuatan e-Paper pun bisa dilakukan secara ringkas lewat perusahaan yang menyediakan jasa tersebut. Meski begitu ada beberapa software pembuatan e-Paper yang bisa ditemukan dengan mudah di internet.
            Tahun 2008 bisa disebut sebagai awal dari kebangkitan e-Paper di Indonesia. Dimulai dengan surat kabar harian Kontan yang secara resmi meluncurkan versi e-Paper pada Juli tahun lalu. Langkah Kontan kemudian diikuti sejumlah media cetak lainnya, seperti Kompas, Tempo, Republika dan beberapa media cetak nasional lain. Dan yang lebih memudahkan lagi e-Paper ini bisa diakses lewat ponsel pribadi.
            e-Paper tidak hanya memberikan layanan layaknya membaca sebuah koran cetak. Versi koran digital ini juga memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mendownload, cetak, serta mengirimkan halamannya yang dibaca lewat email. Bahkan salah satu layanan e-Paper dari sebuah media nasional telah menyediakan fitur suara. Dengan demikian, membaca koran tidak perlu lagi dilakukan dengan membeli atau repot membuka setiap halamannya. Cukup dengan membuka alamat layanan e-Paper yang dilengkapi dengan fitur suara, maka pengguna sudah bisa mengetahui edisi cetak dari koran yang terbit pada hari tersebut.
            Awalnya teknologi seperti ini dibuat oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain termasuk Indonesia. Disinilah timbul konsep alkuturasi budaya asing masuk ke budaya orang Indonesia, yang awalnya orang Indonesia membaca berita lewat koran namun beralih ke e-Paper. Yang dapat kita ambil dari kesimpulan diatas adalah program e-Paper ini sudah lama ada di negera Barat (Amerika Serikat), namun lama kelamaan masyarakat Indonesia sudah mulai menggunakannya untuk membacara berita di koran-koran hanya lewat internet saja. Ini menandakan adanya perubahan budaya yang terjadi dibidang teknologi yang akan mempengaruhi masyarakat dunia dan Indonesia.
            Ini juga sangat mempengaruhi letak wilayah dan geografis, mengapa demikian, orang yang tinggal sangat jauh dari suatu kejadian dia bisa mengetahuinya. Dengan contoh, seorang Indonesia dia tinggal di Mesir atau Amerika, dia bisa tahu apa yang sedang terjadi di Indonesia yang beritanya lagi hangat-hangatnya dibicarakan. Hanya dengan mengakses layanan e-Paper tadi, sehingga dia tidak perlu susah payah untuk mendapatkan berita yang ada di Indonesia.
            Kemudian letak geografis juga sangat mempengaruhi kultur masyarakat. Seperti Kaum Saba (1000 SM – 550 M), yang hidup di Arabia Selatan. Karena wilayahnya sangat menguntungkan yang terletak antara dua gunung yang besar, sehingga rakyat pada masa itu mata pencahariannya (mata pencaharian termasuk ke dalam unsur-unsur kebudayaan atau difusi) adalah bercocok tanam. Mengapa demikian, diantara dua gunung itu masyarakat setempat mendirikan bendungan yang bernama Ma’rib yang menampung air dari sungai yang ada di dua gunung tersebut, kemudian barulah dialirkan ke kebun-kebun meraka.
            Bendungan Ma’rib ini juga merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah di raih oleh kaum Saba. Di dalam buku tafsir Ibnu Kasir, diceritakan bagaimana bendungan Ma’rib sangat membawa keuntungan bagi masyarakat setempat. Mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam sehingga menghasilkan buah-buahan yang sangat baik dan bermutu baik. Qatadah mengatakan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka bila dia berjalan di bawah pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
            Inilah kelebihan yang Allah berikan kepada kaum Saba, letak geografis daerahnya yang sangat strategis sehingga peradaban budaya mereka bisa menciptakan teknologi yang tinggi pada masa itu yaitu bendungan Ma’rib. Namun lama kelamaan mereka ingkar kepada Allah, sehingga Allah menghancurkan peradaban mereka dan kebudayaan mereka yang sangat bagus, dengan mengirimkan bencana runtuhnya bendungan Ma’rib yang mereka bangun sendiri. Hancurnya bendungan ini membuat banjir besar yang bernama Arim, yang merusak rumah mereka, kebun-kebun mereka serta wilayah mereka.
            Karena kehancuran yang sangat dahsyat, suku-suku yang ada dalam kaum Saba pindah tempat mencari tempat tinggal dan wilayah yang baru. Maka hancurlah seluruh apa yang pernah diusahakan oleh kaum Saba, dari kebudayaannya, teknologinya. Inilah yang menunjukkan pula kebudayaan yang mereka hasilkan karena letak geografisnya yang strategis. Dengan pindahnya mereka setelah tempat mereka hancur, artinya mereka membawa budaya mereka ketempat baru dan pasti terjadi alkuturasi budaya tempat mereka yang baru. Selanjutnya letak geografis yang sangat strategis pasti sangat berpengaruh pada hasil kebudayaan yang akan diciptakan. Di sinipun kita mengerti bahwa budaya asli merekapun berubah, mereka mencoba membangun budaya mereka kembali namun tetap saja gagal.
            Ketika nusantara masih memakai sistem-sistem kerajaan, baik itu kerajaan Islam maupun kerajaan Hindu Budha. Segala alat transportasinya untuk menuju luar daerah atau luar negeri mereka memakai alat transportasi kapal laut, karena itulah satu-satunya alat transportasi yang ada pada masa itu. Namun lama kelamaan alat transportasi ini mulai berubah menjadi kapal terbang atau pesawat.
            Di Indonesia sendiri pesawat di kenal ketika masuknya bangsa kolonialisme, dan itupun hanya bisa melihat dan tidak dapat memiliki. Namun setelah sekian lama baru pesawat ini dapat dibeli oleh bangsa Indonesia dan untuk keperluan pemerintah dalam urusan dalam dan luar negeri.
            Sumbangan rakyat Aceh yang tiada taranya bagi perjuangan RI, sebagaimana telah diketahui umum, yaitu dollar untuk pembelian dua unit pesawat terbang. Yang sudah dibeli dan berjasa beroperasi untuk kepentingan perjuangan adalah pesawat yang diberi nama Seulawah I. Pada waktu wilayah RI diduduki Belanda, pesawat tersebut dioperasikan di luar negeri atas nama Indonesia Air Ways di bawah pimpinan Komodor Udara Wiweko Supomo. Sedangkan satu pesawat lagi tidak pernah muncul-muncul, entah hilang di mana.
            Orang akan terharu apabila mendengar kisah pengumpulan dana untuk pembelian dua pesawat itu. Konon pembeliannya terjadi karena sebuah kalimat yang keluar dari mulut Soekarno pada waktu pertama berkunjung ke Aceh (1947). Dalam suatu pertemuan beliau berucap, “Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara untuk memperkuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dan pulau.” Beberapa jam kemudian pemimpin-pemimpin Aceh mengadakan perembukan. Dalam satu hari saja telah terkumpul dollar yang cukup untuk membeli dua unit pesawat itu.
            Dalam berita yang ada di atas dapat kita simpulkan bahwa perubahan budaya yang terjadi, dari awalnya orang Indonesia menggunakan kapal laut untuk melakukan perjalanan keluar daerah beralih kepada kapal udara atau pesawat. Memang jelas bahwa sifatnya budaya itu bersifat dinamis (berubah-ubah), bila suatu barang yang lama memang tidak bisa digunakan lagi pada zamannya maka ia pun akan berubah mengikuti zamannya pula. Walau demikian barang lamapun masih dipakai untuk keperluan lain atau untuk mempertahankan budaya aslinya. Dan penggunaan pesawat terbang ini terus berlanjut sampai sekarang, selain harga yang terjangkau bagi kalangan elit, juga sangat memudahkan dalam transportasi menuju tempat tujuan dengan cepat.
            Selanjutnya, teori tentang masuknya Islam ke Nusantara yang kabarnya dibawa oleh para pedagang-pedagang Arab yang terjadi pada abad ke-7 M. Ini dibuktikan dengan
sibuknya dan ramainya pelayaran yang bersifat internasional melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Dalam suatu berita dikatakan, pedagang-pedagang yang belayar ini selalu singgah Selat Malaka. Mereka menunggu datangnya pergantian musim untuk melanjutkan perjalanan mereka. Dengan menunggu pergantian musim inilah mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat, sehingga ketika mereka meninggalkan tempat itu masyarakat setempat pasti meniru budaya mereka yang bisa untuk diambilnya.
Karena letak geografisnya yang selalu dikunjungi oleh para pedagang yang belayar, lama kelamaan budaya asing inipun dapat diterima oleh masyarakat setempat. Contoh kecilnya, agama yang mereka anut (Hindu) lama kelamaan mereka tinggalkan dan mengikuti agama yang baru (Islam).
Ketika saya mengikuti acara discovery di metro tv, ahli geologi mengatakan 50 juta tahun yang lalu, terjadi zaman es yang mengakibatkan semua permukaan bumi menjadi satu permukan yang saling berhubungan. Disinalah banyak terjadi transmigrasi antar wilayah baik manusia, dan binatang. Seperti di Sumatera ada yang nama harimau sumatera, harimau ini dikatakan oleh orang bahwa harimau ini sama dengan harimau yang ada di India. Lalu gajah yang ada di Indonesia sama bentuk dan besarnya dengan gajah yang ada di Thailand. Inilah bukti para ahli untuk mengomentari suatu teori yang belum bisa dipecahkan oleh orang lain. Dan pastilah perubahan budaya itu terjadi dengan adanya perpindahan dan menetak di suatu tempat.
Namun pada zaman sekarang ini budaya itu terus berubah dengan sangat cepat, apalagi dengan zaman modernisasi yang semakin canggih. Salah satunya saja, dulu orang pada zaman penjajahan bila mengetik suatu tulisan itu memakai mesin tik, sekarang ini budaya memakai mesin tik sudah berubah ke komputer yang lebih mudah dan efisien. Masyarakatpun sudah sangat membutuhkannya.
Perubahan budaya sekarang ini yang paling cepat berkembang itu adalah daerah perkotaan, dimana masyarakat kota orang lebih bersifat rasional dan tidak cenderung pada hal-hal yang bersifat tahayul. Dan kadang-kadang budaya lamapun masyarakat kota sudah tidak mau lagi mengikutinya. Seperti contoh, dulu masyarakat Aceh Selatan bila ingin melamar dan menikah selalu di dahului dengan adu pantun. Sekarang karena aktivitas yang sudah sangat banyak lama kelamaan budaya adu pantun inipun sudah muali banyak ditinggalkan oleh orang, yang terutama yang mendengarkannya.
Perubahan budaya juga terjadi pada masa sekarang adalah berubahnya budaya silahturahim, sebelum orang-orang mengenal handphone, silahturahim itu dilakukan dengan saling kunjung mengunjungi rumah  ke rumah. Setelah adanya handphone, budaya silahturahim berubah hanya dengan mengirim sms dan membalasnya. Perubahan budaya yang sangat cepat berubah dengan sajian modernisasi dan teknologi yang serba canggih.

Comments

Popular posts from this blog

Charles Babbage, Penemu Komputer Pertama !!???

Komunikasi Seorang Pemimpin: Bukan Memerintah Tetapi Bermohon